Anggota DPD RI Lia Istifhama Tekankan Penguatan Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika di Tengah Keberagaman Bangsa
Surabaya, Lintas Surabaya – Anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI), Dr. Lia Istifhama, S.Sos.I., S.Sos., S.H.I., M.E.I, menegaskan pentingnya penguatan wawasan kebangsaan melalui nilai-nilai Pancasila, Undang-Undang Dasar 1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI), dan Bhinneka Tunggal Ika sebagai pondasi utama keberlangsungan bangsa.
Hal tersebut disampaikan dalam kegiatan Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan MPR RI yang digelar di Soto Seger Joyoboyo, Surabaya, Jumat (19/12). Kegiatan ini merupakan bagian dari tugas dan fungsi (tupoksi) DPD RI sekaligus peran sebagai anggota MPR RI dalam menanamkan nilai kebangsaan kepada masyarakat.
Lia Istifhama menuturkan bahwa nasionalisme harus terus diperkuat, terutama di tengah dinamika sosial dan politik yang kerap memunculkan gesekan berbasis suku, ras, agama, maupun pilihan politik. Menurutnya, masyarakat perlu terus diingatkan bahwa seluruh warga Indonesia adalah satu kesatuan sebagai anak bangsa.
“Kalau kita merasa sama-sama anak bangsa, maka tidak boleh ada lagi sekat-sekat perbedaan ras, suku, maupun golongan. Tidak boleh ada ruang provinsialisme, fanatisme sempit, atau pengkotak-kotakan, termasuk dalam politik,” tegas Lia.
Ia juga menekankan peran generasi muda sebagai agen keberlangsungan bangsa, dengan cara menanamkan kecintaan terhadap Pancasila dan nilai persatuan sejak dini. Sosialisasi kebangsaan, menurutnya, harus dilakukan di mana pun dan kepada siapa pun agar semangat persatuan tetap terjaga.
Dalam kesempatan tersebut, Lia Istifhama juga menyoroti pentingnya budaya dan seni sebagai perekat persatuan bangsa. Ia mencontohkan bagaimana musik dan seni dari berbagai daerah di Indonesia kini saling diterima dan digemari lintas wilayah, mulai dari Jawa, Indonesia Timur, hingga Papua dan Maluku.
“Budaya dan seni adalah penguat persatuan bangsa. Lagu Jawa bisa diterima di Indonesia Timur, begitu juga sebaliknya. Ini menunjukkan bahwa keberagaman justru menjadi kekuatan kita,” ujarnya.
Menutup penyampaiannya, Lia mengingatkan makna mendalam dari semboyan Bhinneka Tunggal Ika, dengan mengibaratkan seperti menanam pohon yang oksigennya dapat dihirup oleh semua orang tanpa memandang latar belakang.
“Ketika kita berbuat kebaikan, jangan pernah berharap kebaikan itu hanya dirasakan oleh kelompok tertentu. Jadikan kebaikan itu untuk semua, lintas agama, suku, dan golongan,” pungkasnya. (S nto)