JEMBER – Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, melihat lebih dekat pabrik pengolahan kopi Jember Coffee Center (JCC) milik Pondok Pesantren Al-Hasan 1, saat mengisi masa reses di Jawa Timur, Kamis (28/7/20022).
Dalam kunjungan tersebut, Ketua DPD RI didampingi Guru Besar Universitas Islam Negeri (UIN) KH Achmad Siddiq Jember, Prof Dr Abd Muis Thabrani, M.M. LaNyalla diterima Pengasuh Pondok Pesantren Al-Hasan 1, KH Abdul Haq Moedzammil Hasba dan Pembina Agus Misbachul Khoiri Ali.
LaNyalla mendukung pengembangan UMKM yang dibangun Pondok Pesantren Al-Hasan 1.
“Saya apresiasi JCC ini yang merupakan implementasi dari konsep ekonomi Pancasila. Petani kopi di Jawa Timur ini diberdayakan, hasil budidaya mereka kemudian dikembangkan menjadi produk orisinil di JCC ini,” kata LaNyalla.
Senator asal Jawa Timur itu menerangkan, konsep perekonomian yang demikianlah yang diinginkan oleh para pendiri bangsa sebagaimana dirumuskan dalam konstitusi. Terutama dalam semangat ekonomi kebersamaan dan kekeluargaan.
“Bagaimana masyarakat berdaya secara ekonomi. Kolaborasi pondok pesantren yang notabene lembaga pendidikan dengan petani merupakan hal yang perlu terus didorong. Santripreneur ini menjadi pelopor kebangkitan ekonomi rakyat,” tegas LaNyalla.
Namun, LaNyalla melanjutkan, saat ini perekonomian nasional yang berbasis Pancasila sudah bergeser menjadi ekonomi yang bermazhab kapitalisme. Hal itu terjadi sejak konstitusi diamandemen pada tahun 1992-2002.
“Sejak saat itu, paham ekonomi Pancasila kita bergeser menjadi ekonomi dengan corak kapitalisme yang kental. Maka, kita harus kembali kepada UUD 1945 naskah asli untuk kemudian disempurnakan dengan cara yang benar tanpa mengubah sistem demokrasi Pancasila,” kata LaNyalla.
Pondok Pesantren Al-Hasan 1, Agus Misbachul Khoiri Ali, menjelaskan, JCC yang kini telah menjelma menjadi pusat studi dan pengembangan kopi rakyat mulai diinisiasi sejak tahun 2006.
“Pada tahap awal, kami belum sampai pada pengolahan kopi kemasan. Namun baru pada tahap mengumpulkan kopi dari petani dan menjual biji kopinya,” kata Agus.
Baru pada tahun 2017, ketika JCC mendapatkan legalitas resmi, prosesnya dilakukan hingga menjadi bubuk kopi.
“Kami ada pabrik dan balai pelatihan. Kami menjadikan JCC ini sebagai pusat edukasi rakyat tentang kopi,” cerita Agus.
Agus menuturkan jika JCC pun sering mengikuti pameran-pameran kopi baik di tingkat regional hingga tingkat nasional.(MK)